Cakralampung.com – Neraca perdagangan Provinsi Lampung pada Agustus 2025 mencatat surplus sebesar US$462,11 juta.
Capaian ini menegaskan tren positif kinerja perdagangan internasional daerah, di tengah fluktuasi nilai impor dan ekspor yang terjadi sepanjang tahun berjalan.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung melaporkan, nilai impor pada Agustus 2025 mencapai US$222,35 juta. Angka tersebut melonjak 130,41 persen secara tahunan (year-on-year/y-on-y) dibandingkan dengan Agustus 2024 yang hanya sebesar US$96,50 juta.
Sementara itu, nilai ekspor pada periode yang sama tercatat sebesar US$684,46 juta, naik 16,16 persen dibandingkan dengan capaian Agustus 2024 senilai US$589,23 juta.
Secara kumulatif (c-to-c), kinerja ekspor Lampung dari Januari hingga Agustus 2025 mencapai US$4,28 miliar, meningkat 29,65 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$3,30 miliar.
Kenaikan ekspor tersebut didominasi oleh tiga komoditas unggulan. Pertama, kelompok lemak dan minyak hewan/nabati dengan nilai US$1,82 miliar atau menyumbang 42,51 persen dari total ekspor. Kedua, kelompok kopi, teh, dan rempah-rempah dengan nilai US$1,04 miliar (24,23 persen). Ketiga, kelompok bahan bakar mineral yang tercatat sebesar US$489,34 juta (11,43 persen).
Dari sisi negara tujuan, Amerika Serikat menjadi pasar ekspor terbesar Lampung dengan nilai US$641,76 juta atau 14,99 persen dari total ekspor. Disusul Pakistan sebesar US$423,16 juta (9,88 persen) dan India dengan nilai US$395,51 juta (9,24 persen).
Untuk impor, sepanjang Januari hingga Agustus 2025 nilainya mencapai US$1,506 miliar. Angka ini relatif stabil karena hanya mengalami penurunan tipis 0,03 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024 yang mencapai US$1,507 miliar.
Nigeria tercatat sebagai negara asal impor terbesar dengan nilai US$354 juta atau 23,49 persen, terutama untuk komoditas bahan bakar mineral. Sementara Angola berada di posisi kedua dengan nilai US$213,34 juta atau 14,16 persen, yang juga didominasi komoditas bahan bakar mineral.
Dengan capaian ini, neraca perdagangan Lampung tetap berada pada jalur surplus, memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian daerah sekaligus memperkuat daya saing Lampung di pasar global. (**)