SEJAK pandemi covid-19, masyarakat dihadapkan dengan pilihan yang sulit, antara hidup dan mati.
Baru saja tuntas persoalan masker, hand sanitizer, susu, kini masalah pelik kembali terjadi, yakni minyak goreng.
Hingga kini, masalah ini belum juga dapat solusi yang baik. Bahkan, guna mengurangi kelangkaan minyak goreng ini, pemerintah di sejumlah daerah menggelar operasi pasar (OP).
Namun OP ini menyebabkan sejumlah pelanggaran peraturan covid-19, yang berdampak pada kesehatan masyarakat yang mengantri di OP tersebut.
Seperti di Kota Metro. Dimana warga berdesakan mengantre untuk membeli minyak goreng tanpa protokol kesehatan (prokes) di depan halaman Dinas Perdagangan Kota Metro, Jumat, (18/02/2022).
Berdasarkan pantauan, awak media, ratusan warga rela berkerumun dan berdesakan untuk mengantre sejak pukul 07: 00 Wib. Mereka berdesak- desakan tanpa mengindahkan protokol kesehatan.
Kegiatan Operasi Pasar Minyak Goreng yang diadakan Pemerintah Kota Metro melalui Dinas Perdagangan Kota Metro dimulai sejak pukul 07:30 Wib. Dan berakhir selama satu jam.
Mereka rela berpeluh keringat dan mengantre sambil berdesak-desakan dari luar halaman kantor Dinas Perdagangan Kota Metro, demi mendapatkan minyak kemasan 2 liter.
Yuni, salah satu warga yang datang ikut antre mengatakan minyak goreng di Kota Metro sudah langka. Minyak goreng menjadi barang paling dicari terutama bagi ibu rumah tangga.
“Kondisi saya sedang hamil. Jadi, untuk ibu-ibu yang hamil dan bawa anak kecil itu diutamakan mas. Kalo yang lainnya itu antre berdesak-desak. Saya tadi sudah menunggu sejak jam setengah delapan pagi. Alhamdulillah, dapat
minyak 2 liter untuk satu orang dengan seharga Rp28 ribu,” singkatnya.
Di tempat terpisah, seorang warga bernama Nia pingsan saat mengikuti OP. Diduga karena kelelahan seorang warga terjatuh pingsan saat mengikuti antrean operasi pasar minyak goreng di Desa Wiyono, Kecamatan Gedongtataan, Kabupaten Pesawaran pada Sabtu (19 Februari 2022).
OP minyak goreng yang dijadwalkan mulai pukul 09.00 wib ini sudah dipadati masyarakat sejak pukul 06.00 WIB.
“Antriannya panjang dan berdesakan, sudah panas. Ada warga yang pingsan,” kata seorang warga Eli.
Kelangkaan minyak goreng juga menjadi polemik di Kabupaten Tulang Bawang. Di sejumlah warung sembako dan pasar tradisional hingga disejumlah toko – toko retail minimarket stok minyak goreng kosong melompong, tidak ada stok barang dalam beberapa bulan belakangan
Amri Alfis, Kepala Dinas Perdagangan Tulangbawang menyebutkan hasil dari sidak berdasarkan keterangan para distributor bahwa kelangkaan disebabkan oleh terlambatnya distribusi dari produsen.
“Hasil sementara ini yang di dapatkan berdasarkan keterangan para distributor bahwa kelangkaan minyak goreng ini disebabkan terlambatnya distribusi dari produsen”,ujarnya.
Untuk meninjau bagaimana langkah dan solusi mengatasi kelangkaan minyak goreng Kadis Perdagangan Tuba menyatakan dalam waktu dekat bulog akan mendapatkan pasokan 4 Ton Minyak goreng dari distributor.
Dari pantau Cakra Lampung, di sejumlah daerah mulai melakukan sidak dan OP. Namun sayang hingga kini persoalan minyak goreng belum juga mendapatkan solusi yang tepat. (tim)