CakraLampung.Com – SAAT ini minyak goreng seperti berlian. Banyak digandrungi kaum hawa. Kehadirannya banyak dinanti-nanti meski harganya mahal. Bahkan, selain mahal, minyak tersebut juga sulit diperoleh.
“Sudah kayak berlian mas. Mahal. mana susah lagi dicari. Capek saya carinya. Saya ini sudah tua,” keluh pemilik rumah makan (RM) Ibu Yah, warga Pekon Bandar Baru, Kecamatan Sukau Lampung, Lampung Barat.
Tak hanya itu, kata dia, mereka juga dibatasi jika ingin membeli minyak goreng.
Bahkan di Indomart maupun Alfamaret, dirinya belum pernah mendapatkan minyak subsidi.
“Saya belum pernah mendapatkan minyak goreng subsidi, karena setiap datang ke Indomaret maupun Alfamaret hendak membeli kata petugasnya sudah habis. Jadi saya paling kebagian dari warung eceran, itupun hanya yang sasetan, satu kiloan tidak boleh lebih, harganya Rp20.000,” kata Ibu Yah.
Susahnya mendapatkan minyak goreng ini sudah lama terjadi, lebih kurang satu bulan, jika tidak mencari di warung setiap hari, warung makannya tidak bisa buka, karena sayuran yang akan dimasak tidak bisa.
“Gembar-gembor pemerintah di dalam TV itu rupanya bohong saja,” gerutunya.
Dampak dari susahnya minyak goreng ini juga, pihaknya tidak bisa terlalu banyak membuat sayur, bahkan untuk menggoreng tempe saja susah, bahkan nyaris tidak bisa sama sekali.
Senada dikatakan Fitri, warga Natar, Lampung Selatan. Kepada Cakra Lampung, dia mengungkapkan kekesalannya susahnya mencari minyak makan ini.
“sudah kayak hantu. Tulisannya ada (minyak goreng, red) tapi barang gak ada,” katanya.
Hari ini (kemarin, red) saja, kata Fitri, dia belum bisa membeli minyak goreng ini karena langka. “Sudah keliling gak ada. Kalau ada harga mahal bener. Rp45 ribu per 2 liter. Gila gak tuh,” cetusnya.
Mendengar adanya warga yang ditangkap karena diduga menimbun minyak makan ini (di Kabupaten Pringsewu, red), dirinya bersyukur.
“harus gitu dong. Turun cek, jangan duduk-duduk aja (pejabat, red). Sidak aja semuanya. biar ketahuan ini bener gak ada atau bagaimana (dugaan penimbunan, red),” ujar dia. (tim/red)
Satu Harga Hanya Isapan Jempol Belaka
PENERAPAN satu harga dari pemerintah, yakni Rp14 ribu perkg, nampaknya isapan jempol belaka.
Sebab, kondisi di lapangan, harganya masih bervariasi. Dan rata-rata, harganya diatas Rp14 ribu perkg.
“Saya agak susah mencarinya (minyak goreng, red). Mondar mandir banyak yang kosong. Malah sebelum turun dari motor sudah dibilang kosong. Saya beli Rp30 ribu isi 2 liter,” kata Wati, warga Kemiling Bandar Lampung.
Senada dikatakan Evi, warga Langkapura, Bandar Lampung yang menyatakan bahwa dirinya memberi minyak goreng dengan harga Rp38 ribu/2 lt.
Terpisah, warga Tulang Bawang Leni Sari. Dia mengatakan bahwa minyak ini agak susah didapat. Harganya bervariasi dari Rp14 – 20 ribu/lt. “Kalau di indomaret itu Rp14 ribu. Tapi kadang kosong. Kalau di warung biasa Rp20 ribu/lt,” katanya kepada Cakra Lampung.
Di Tulang Bawang Barat (Tubaba) justru banyak toko yang kosong minyak goreng. Harganya juga sangat mahal. “Susah mas. Banyak kosongnya. Harganya diatas Rp14 ribu/lt. Karena susah saya beli via online Rp25 ribu/lt,” keluh Nia kemarin.
Di lain daerah, Tanggamus misalnya. Di sini minyak goreng dijual kisaran harga Rp17-19,5 ribu/lt. “Susah juga dapatnya. Gak itu harga Rp14 ribu/lt,” terang warga Kota Agung Meri. (harga selengkapnya lihat tabel hal.1).
Untuk itu, warga meminta agar pemerintah melakukan tindakan tegas. Seperti operasi pasar secara rutin. “kalau operasi pasarnya jarang-jarang dan lama, susah juga bang,” kata Maryam, warga Lampung Tengah.
Satu harga yang didengung-dengungkan pemerintah nampaknya isapan jempol belaka. “Apanya yang satu harga (Rp14 ribu/lt, red). Turun ke bawah makanya, cek. Harga selangit gini, susah kami ini,” pungkas Purnadari kesal. (tim/red)